RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Saat - saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K

Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K

1. Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
 
*Penolakan atau kebingungan klien.
 
*Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan   apa selanjutnya.
 
*Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
 
*Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
  *Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
 
*Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
 
*Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami saat klien diam :
 
*Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
 
*Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
 
*Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”, diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
*
Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
 
*Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan sikap tidak menerima.
2. Klien Menangis
 
*Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
 
*Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah seperti harapan klien.
 
*Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
 
*Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
4. Konselor melakukan kesalahan
    Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.
5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
    Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
6. Klien menolak bantuan konselor
    Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
     Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.”. biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
8. Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
     Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
     Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien.

10. Klien dan konselor sudah saling mengenal
       Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap   terjaga, jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.
11. Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
      Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus mengulang pembicaraannya.
12. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
      Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
       Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada  klien, karena klien akan mengamati hal itu.
14. Keadaan kritis
       Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Text Widget

Postingan Populer

 
Copyright 2009 Komunikasi dan Konseling , Obstetri Dian Husada. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy